Thursday, January 19, 2012

Kecantikan Dieng Plateau, Jawa Tengah


Akhir Desember 2011 lalu, saya kembali melakukan #MySpontaneousTrip ke dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Mungkin ini agak di luar plan saya, karena banyak teman-teman yang cancel untuk pergi ke sana pada hari H. Kembali ke perjalanan, saya menuju Semarang pada sore hari menaiki bus. Seperti biasa, saya hanya sendiri dan sampai di Semarang pada pukul 05.30 pagi. Benar-benar di luar schedule yang seharusnya sampai Kali Banteng, Semarang pada pukul 02.00 dini hari. Rasa lelah dan sedikit kesal memang menyelimuti, tapi saya ingat tujuan saya untuk berlibur, jadi akhirnya saya tersenyum kembali.

Hello, Dieng!


(Dieng Plateau)
Pada siang hari, saya dan kelima teman saya menuju ke Wonosobo dari Semarang pada pukul 13.00 dengan menyewa mobil pribadi. Dengan kondisi cuaca yang kurang bagus, hujan deras, kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng Plateau, dan sampai pada pukul 18.00.
Kabut tebal, udara dingin, dan jalan yang berliku-liku menyelimuti perjalanan kami. Kedatangan kami disambut dengan hujan gerimis, sambil mencari penginapan atau home stay, kami menyempatkan untuk makan bakso dan mie ayam tepat di pertigaan Dieng Plateau. Kami menginap di salah satu home stay yang bernama Kalingga, kami menyewa dua kamar, dengan harga kamar Rp.100.000/malam. Kamar yang bersih, nyaman dengan suasana rumah baru.
Suhu di Dieng Plateau pada saat itu 11 derajat celcius. Pagi hari kami berencana untuk melihat sunrise, disayangkan karena cuaca yang kurang baik, kami memutuskan untuk melanjutkan tidur. Pukul 08.30, kami check-out dan memulai trip menuju tempat yang pertama, yaitu Dieng Plateau Theater. Sebelumnya, kami membeli tiket terusan seharga Rp.20.000 untuk empat tempat wisata yang akan kami kunjungi.



(Dieng Plateau Theater)
Dalam bioskop mini tersebut, kami menonton film meliputi kondisi geografis, karakteristik dan peristiwa penting yang terjadi di Dieng. Film ini berdurasi kurang lebih 30 menit.. Dieng berada dalam wilayah lima kabupaten. Dieng bias ditempuh melalui jalan raya dari Wonosobo juga Banjarnegara. Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu "Di" yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan "Hyang" yang berarti khayangan, maka bisa diartikan "Dieng" merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.  Dieng terletak pada ketinggian 2.093 di atas permukaan laut. Sungguh cantik dan penuh kekayaan alam dengan hawa yang sejuk cenderung dingin. Nah, dengan udara dan hawa yang dingin itu membuat penduduk Dieng selalu memakai sarung ke mana-mana. Sangat unik!
Pernah mendengar fenomena anak berambut gembel?
Di Dieng, ada sebagian anak yang terkena demam yang sangat tinggi, panas yang tidak kunjung sembuh. Konon, anak-anak berambut gembel ini bias membawa berkah atau sial. Rambut mereka merekat dan susah dipisahkan. Untuk memotong rambut anak-anak berambut gembel tersebut dan membebaskan anak dari pengaruh buruk, orang tua harus mengadakan ruwatan. Orang tua harus memberikan apa saja permintaan dari sang anak. Setelah dipotong, rambut akan tumbuh dengan normal. Rambut tersebut harus dihanyutkan ke sungai sebagai lambang pembuangan sial anak berambut gembel. Fenomena anak-anak berambut gembel sudah ada sejak zaman Kyai Kolodate dan Nini Roro Ronce yang merupakan leluhur Dataran Tinggi Dieng. Sangat disayangkan, pada saat kami di sana, kami tidak bertemu dengan anak-anak berambut gembel tersebut.
Pada bulan Juli-Agustus, suhu di Dieng bisa mencapai titik beku. Embun menjadi kristal es dan sedingin winter di Eropa. (Saya saja yang merasakan suhu 11 derajat celcius, rasanya hanya ingin diam di balik selimut, apalagi winter. :p)

Selanjutnya, kami melanjutkan ke tempat wisata berikutnya, Kawah Sikidang. Tiba-tiba hujan turun dengan deras sehingga kami tidak sempat untuk mengabadikan Kawah Sikidang di kamera. Dengan bau belerang yang agak menyengat, kami memutuskan untuk duduk di warung dan membeli minuman untuk menghangatkan badan. Saya memutuskan untuk membeli 2kg kentang merah sebagai oleh-oleh. Dieng sangat cocok untuk berkebun dan Dieng juga merupakan salah satu penghasil kentang terbesar di Indonesia.
Hujan deras yang mengguyur memang membuat udara semakin dingin, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Candi Arjuna ditemani hujan gerimis. Saat sampai, mata saya sangat dimanjakan oleh pemandangan yang sangat cantik dan hijau. Candi Arjuna merupakan salah satu candi tertua di Jawa. Dalam kompleks ini hanya tinggal lima candi yang berusia lebih dari seribu tahun yang masih berdiri dengan kokohnya. Taman yang indah dengan pohon-pohon cemara, dan bunga-bunga di sekeliling menghadirkan kedamaian. Saat itu, pengunjung Candi Arjuna ramai walaupun gerimis masih turun.









Di setiap tempat wisata Dieng, banyak sekali penjaja makanan dan minuman hangat, kami sering sekali menjumpai yang menjual kentang goreng dan jamur goreng.

(kentang dan jamur goreng)

Kami menuju ke Telaga Warna. Pemandangan yang lagi-lagi sangat cantik. Jalan masuk menuju Telaga Warna ditemani pohon rindang kehijauan. Mengapa disebut Telaga Warna? Menurut masyarakat di sana, ada suatu kisah yang menyebabkan warna telaga itu berwarna-warni. Dahulu ada cincin milik bangsawan setempat yang bertuah namun terjatuh ke dasar telaga, tetapi menurut kajian ilmiah, telaga ini merupakan kawah gunung berapi yang mengandung belerang. Sehingga, jika air telaga terkena sinar matahari akan dibiaskan menjadi warna-warni. Pada saat kami ke Telaga Warna, air telaga tersebut berwarna hijau dan airnya sangat tenang.


(Telaga Warna)
Dengan ditemani rintikan air hujan selama liburan, kami mengakhiri perjalanan yang dipenuhi banyak kecantikan di Dieng Plateau. Masih terjaganya alam dan berbagai pohon juga rerumputan hijau. Sungguh, begitu indah dan cantiknya bagian dari negeri ini. Dan kami segera pulang menuju Semarang melewati Kota Wonosobo. Saat kami berada di kota, kami berhenti di salah satu makanan khas Wonosobo yaitu Mie Ongklok. Belum sah katanya kalau berlibur ke Dieng tidak mencicipi Mie Ongklok. Apa itu Mie Ongklok? Bagaimana rasanya? Tunggu postingan saya selanjutnya!
Jangan lupa untuk menikmati keindahan dan kesejukan Dieng Plateau, ya. Sampai jumpa di-next #MySpontaneousTrip.
ENJOY!
Cheers, Danke!

No comments:

Post a Comment