Sunday, July 8, 2012

Rasaku Berbicara...




Aku selalu menikmati setiap perjalananku.
Menyelami malam, menghabiskan waktu dengan kendaraan persegi panjang beroda itu.
Ditemani seseorang yang tak kau ketahui jalan hidupnya, dari satu kota ke kota lain.

Bebas.
Merasakan bahwa hati dan pikiran menyatu. Menyatu dengan sekitarmu.
Angin, dingin, malam, kerlipan cahaya, debu, asap, dan bahkan bau orang di sebelahmu.

Hidup.
Aku senang berkelana. Aku tahu bahwa dunia ciptaan-Mu begitu luas.
Aku bisa melihat berbagai sisi kehidupan. Roda yang terus berputar itu menampak.


Kali ini, rasaku berbicara...
Bahwa aku rindu...
Rindu dengan cara-caraku sendiri menikmati hidup dan ciptaan-Mu.


Malam dan salah satu sudut kota...
Tunggu aku kembali menghampiri, jemput aku di kerlipan lampu jalan dini hari.



*image: Salah Satu Kenanganku. Location: Waiting Room Bus Nusantara, Bekasi. Oct 6th 2011. Taken by @risyasadia.

Friday, July 6, 2012

When Life's Glad Day is Gone



There is only one Sun.
Yellow. Orange. Bright. You keep us warm. 
 
It's all about us.
You, me, we are different. 
Though we are different, we are under the same sun, right?
And yes, still under one roof, the same sky.

When life's glad day is gone...

Ya, tak ada yang abadi.

Lalu,
Apa yang akan kau lakukan? Setidaknya sekarang...



*image: Beautiful Sunset. Location: Kuta, Bali. Nov 17th 2011. Taken by @risyasadia

Ngaben




Cremation Ceremony, in bahasa Ngaben.
The ritual performed in Bali to send the deceased to the next life. 


 
A chance and I was very happy at that time...

*image: Last November in Bali. Location: in front of Cening Ayu, Bali. Nov 16th 2011. Taken by @risyasadia

You'll see



You should step in my shoes and walk a mile.
YOU'LL SEE. :)) -EC


*image: shoes from him. Location: Attawun Mosque. 5th Nov 2011. Taken by @risyasadia

Pulang



Tunggu! Aku tahu kamu selalu ada untukku. Tapi, aku tidak suka dengan kehilangan. Kehilangan separuh rasa. Kita berjarak.

Sungguh! Malam ini aku ingin menikmati rasa yang separuh kumiliki. SEPARUH, kataku.

Tentu! Aku tak pernah lelah menunggumu. Aku menunggu di sudut ruang sunyi itu. Ruang di mana aku bisa menyelami rasa yang separuh kumiliki. SEPARUH, kataku lagi.

Bosan? Tidak. Aku hanya ingin kamu pulang membawa rasa itu. Ya, separuh rasa itu ada di kamu.

Pulang. Ruang sunyi ini selalu menunggumu. 

Pulang. Aku selalu menunggumu. Jangan pernah lupa itu.




Jakarta, 6 Juli 2012

*image: Morning. Location: view from Masjid Pusat Pendidikan Reserse Polri - Mega Mendung, Puncak. Taken by @risyasadia

Thursday, July 5, 2012

Walk



Apakah kamu dapat berjalan hanya dengan satu kaki? -EC



*image: Ours. Location: Monumen Nasional. Feb 25th 2012. Taken by @risyasadia

Sunday, April 22, 2012

Pray for ...

BERDOA UNTUK SEMUA HAL. SEMOGA DIPERMUDAH, DILANCARKAN, DAN PENUH BERKAH. TERIMA KASIH, YA ALLAH ATAS SEGALANYA.

Success! GO! Do it now! Be grateful, do my best, and enjoy my life. FOCUS! Think of nothing.

BISMILLAHIRAHMANIRAHIM

Tuesday, February 21, 2012

Dia.lo.gue dengan Tuhan

Semua tidak akan pernah sama. Semua tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apakah semudah itu masa lalu hadir kembali merasuki denyut nadi dan mengalir dalam darah di tubuh ini?
Ah, aku sudah bahagia. Aku sedang menikmati keindahan dunia, kebahagiaan yang Kau beri. Kenapa jejak itu hadir kembali dalam ingatanku? Padahal aku sudah lupa. Tak ingat. Bahkan mungkin menaruh semua di belakang dan tak kubawa. Kenapa?
Dengan segala masa lalu yang indah, pahit, jejak itu hadir. Semudah itukah? Semudah itukah, Tuhan? Kau tahu betapa sulitnya aku berdiri. Betapa sulitnya aku bertahan untuk tidak terpeleset jauh ke dalam. Kenapa saat ini begitu mudah untuk terjebur dalam-dalam?

Tuhan, mengapa masa lalu mudah sekali masuk dan terperangkap sedangkan masa depan itu seperti angan-angan belaka?

Bantu aku keluar, Tuhan...

*Sebuah dia.lo.gue dengan Tuhan yang terjebak dalam masa lalu.

Saturday, February 4, 2012

Phi Phi Island di Indonesia, memang ada?





Disebut-sebut Phi Phi Island-nya Indonesia. Okay, let’s talk about the hidden and beautiful lagoon.
Pulau Sempu, sebuah pulau kecil di selatan Jawa. Berada di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pulau sempu merupakan pulau yang tidak berpenduduk dan di dalamnya hanya terdiri dari hutan berbukit, dan menjadi kawasan cagar alam.
Untuk menuju Pulau Sempu, dari Kota Malang kurang lebih empat jam ke Sendang Biru. Sesampainya di Sendang Biru perjalanan dilanjutkan dengan kapal atau perahu, menyebrang ke Pulau Sempu. Bagi yang ingin mengunjungi Pulau Sempu harus mendapatkan izin dan mengisi surat pernyataan. Sebaiknya bawalah perbekalan yang cukup dan air mineral karena selain tidak berpenduduk, track yang harus dilewati juga menguras tenaga.
Setelah sampai di Pulau Sempu, perjalanan tidak berhenti sampai situ saja. Masih harus berjalan melewati hutan dan jalan setapak yang dipenuhi lumpur, batu-batu karang, dan licin, kurang lebih 1-2 jam untuk sampai di The Hidden and Beautiful Lagoon, Segara Anakan. Di temani pepohonan hijau rindang dan besar juga akar-akar di sepanjang jalan setapak yang naik turun.
Perjalanan membutuhkan fisik yang kuat dan jelas melelahkan akan terbayar saat sampai dan melihat laguna biru yang cantik itu. Segara Anakan, sebuah laguna yang dikelilingi batu karang tinggi sebagai pembatas danau dengan laut lepas. Walaupun berbatasan dengan laut lepas dan hanya dibatasi batu karang, Segara Anakan bisa dinikmati dengan berenang atau snorkeling tanpa harus takut terseret gelombang.


Dari mana sumber airnya? Di batu karang tinggi itu terdapat lubang-lubang dan ombak laut selatan yang ganas menghantam karang, masuklah air ke laguna yang membentuk cipratan air yang putih dan sangat indah. Setelah bermain dengan air dan menikmati keindahan karang, jangan puas dulu, naiklah ke bukit karang, dan lihat hamparan luas Samudera Hindia yang biru, ombak yang sangat kencang dan sangat menakjubkan.
Jangan terbuai dengan keindahan Segara Anakan dan lupa waktu, karena harus kembali melewati hutan dengan jalan setapak untuk kembali bibir Pulau Sempu dan menyebrang menuju Sendang Biru. Pemandangan begitu indah, pasir putih, dan laguna yang sangat bersih dan tidak ada sampah, juga jejak kaki manusia. Seperti pulau yang terisolasi. Tak banyak yang tahu dan siapa sangka Indonesia juga memiliki laguna cantik seperti Phi Phi Island di Thailand. (Elvanurisya Chalimatussadia)

ENJOY!
Cheers, Danke!

Thursday, January 26, 2012

Dear Arina



Mungil, gigi berpagar (red. bracket), putih, mempunyai bibir seperti Suneo, salah satu tokoh kartun di Doraemon, dan terdapat sebuah tempat yang sangat luas di balik poninya itu. Hehehe. Who is she? Yes, she is Arina Yulistara. But I called her, Nenek. She is my best girl.

Memiliki watak yang cukup keras dan tidak mau disalahkan, itulah dia. Selama beberapa tahun kami bersahabat, begitu banyak cerita yang kami ukir. Dia adalah “jodoh” saya. Itu yang selalu saya bilang, begitu pula sebaliknya. Diam-diam kami memiliki hal yang selalu sama. Sengaja atau pun tidak (lebih banyak tidak disengajanya). Percaya?

Memakai baju dengan warna senada dengan gaya yang sama tanpa disengaja. Setiap minggu, ada saja hari yang tidak disengaja itu datang. Nyaris tak pernah bertengkar. Saling menyemangati dan setiap hari kami selalu memberi kabar walau hanya sekedar untuk bertanya “Di mana?” “Lagi ngapain?”. Hari kami penuh warna dan full of laugh. Susah, senang, sedih, pokoknya ketawa, apalagi kalau hari kami lewati bersama Kepongkepong.

KLIK! Itulah kami. Partner in crime! Terlalu banyak jika harus saya tuangkan tentang persahabatan saya dengan Si Nenek Centil ini di sini. But I just want the world to know, she’s my best friend. Dia selalu tahu bagaimana dan apapun keadaan saya. And the last…

“Dear Arina, thanks a lot, Nenek centil. Inget, jodoh lo itu gue, begitu pula sebaliknya. Dan siapa pacar kita sekarang hanya menutupi saja yang terjadi, hahahaha J just kidding! :p SUKSES untuk kita juga Kepongkepong. SEMANGAT! Semoga persahabatan kita sampai nanti. Saling mendoakan yang terbaik, ya. Love.”

Oiya, ketinggalan...

"JANGAN GALAU TERUS, YA! Hihihihi.."

Jarak. Lalu kenapa?

Jauh. Berpuluh-puluh kilometer. Tidak bertatapan. Hanya menggunakan teknologi yang ada sebaik mungkin. Rindu. Ya, menahan rindu.
Salah?
Tentu tidak.
Apa yang akan kau salahkan jika sudah cinta?
Tak ada yang salah dengan jarak. Tak pula dengan cinta. Juga rindu.
Lalu kenapa?

Wednesday, January 25, 2012

Lido, Alternatif Tempat Berlibur Bersama Keluarga


Danau Lido (view from Lido Lakes Resort)
Siapa sangka, tempat yang dulu adalah rawa kini menjadi danau untuk tempat berwisata dan melepas penat juga lelah dari kepadatan kota Jakarta. Cukup berkendara kurang lebih 1,5 jam menuju Lido menggunakan kendaraan pribadi, menuju perbatasan Bogor dan Sukabumi.
Akhir Desember 2010 (cukup lama :p), saya dan keluarga menyempatkan untuk berlibur di Lido, tepatnya menginap di Lido Lakes Resort & Conference. Lido resort dibangun pada tahun 1935 sebagai tempat peristirahatan dari Antonius Johanes Ludoficus Maria Zwijsen. Ia membangun sebuah hotel dengan arsitektur Belanda di dekat Danau Cigombong, Bogor dan dinamai Lido Resort. Hotel ini digunakan sebagai tempat istirahat dan area rekreasi. Sangat nyaman dengan fasilitas yang baik.


Lido Lakes Resort
Tak sah kalau tidak menikmati keindahan Danau Lido. Sore hari, saya dan Papi berkeliling sekitar hotel untuk melihat pemandangan dari Lido Resort. Sungguh elok danau yang terlihat hijau muda itu. Selanjutnya, saya pergi menuju ke arah Danau Lido bersama keluarga. Menuruni banyak anak tangga dan sampailah di pinggir danau. Menikmati keindahan Danau Lido tidak hanya dengan naik bebek-bebekan saja, tetapi juga bisa menyewa rakit untuk sekedar berkeliling, makan bersama keluarga di atas rakit, atau menikmati hidangan yang tersedia di restoran dengan view Danau Lido, juga bagi wisatawan yang mempunyai hobi memancing, di sisi utara danau terdapat tempat pemancingan ikan.
Kata siapa tak ada tempat wisata dengan udara yang sangat sejuk dan tak jauh dari kota selain Puncak? Transportasi menuju Lido juga tak sulit, menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Danau Lido bisa menjadi salah satu alternatif untuk tempat berlibur dan melepas penat bersama keluarga atau pun teman.
*Ini sedikit foto-foto selama di sana, hehehe..







Narsis di Atas Rakit

Si Cantik dan Alami di Utara Pulau Sumbawa


Pulau Moyo (dok. beingindonesian.tumblr.com)
Pernah mendengar orang “besar” sekaliber Mick Jagger dan juga Lady Diana berlibur di Pulau Moyo?
Pulau Moyo terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebuah pulau kecil nan cantik yang menawarkan keindahan alam dan bawah lautnya. Untuk mencapai Pulau Moyo cukup mudah. Perjalanan dengan mobil dapat ditempuh dari Sumbawa Besar ke Ai Bari, kampung pesisir yang terletak sekitar 20 kilometer  Utara Sumbawa Besar. Ai Bari yang dalam bahasa Samawa berarti air asin, merupakan kampung nelayan yang miskin fasilitas. Bila tak ingin repot, Hotel Tambora dan Kencana Beach Hotel di Sumbawa Besar, bisa mengatur perjalanan menuju pulau ini..
Daya tarik utama dari Pulau Moyo berada di bawah permukaan lautnya. Pulau Moyo dikelilingi oleh terumbu karang alami yang ideal untuk snorkeling. Untuk menikmati keindahan alam bawah laut dengan snorkeling atau diving, wisatawan dapat menyaksikan beragam jenis ikan, seperti ikan hiu dengan panjang kurang lebih dua meter, anemon, pelagik, belut, gropuers, dan manta.
Pulau yang seluas kurang lebih 30.000 hektar ini, memiliki ratusan kupu-kupu yang terlihat di balik semak belukar dan pepohonan. Selain keindahan lautnya, hutan yang indah dan nyaris tak tersentuh tiada habisnya. Bagi pecinta burung, terdapat 86 spesies di antaranya terdapat di Pulau Moyo dari 124 spesies di Pulau Sumbawa. Terdapat beberapa burung langka ditemukan di sini, salah satunya adalah Kakatua dan burung Gosong.
Memang, Pulau Moyo masih sangat alami dan disarankan jika berlibur ke pulau cantik ini didampingi oleh pemandu. Bila tidak didampingi pemandu, ada kemungkinan tersesat, namun anehnya setiap kali ada yang tersesat selalu dapat menemukan jalan keluar sendiri. Konon, “penghuni” di Pulau Moyo tidak suka mengganggu.
Berlibur ke Pulau Moyo tidak puas bila hanya sehari saja. Wisatawan tidak perlu khawatir. Karena, di Pulau Moyo terdapat sebuah resor yang menyediakan fasilitas menginap dengan menggunakan tenda. Belum banyak yang tahu tentang keelokan Pulau Moyo, promosi yang sangat sedikit dan jangkauan wisatawan yang jauh. Namun, bila ada keinginan untuk berlibur ke pulau cantik dan alami ini, jangan lupa untuk menyediakan waktu yang panjang dan dana yang cukup. (Elvanurisya Chalimatussadia)

Thursday, January 19, 2012

Nuansa Merah di Klenteng Sam Poo Kong


Setelah trip saya ke Dieng Plateau, kali ini sebelum kembali ke riuhnya Kota Jakarta, saya menyempatkan untuk kembali berjalan-jalan di Semarang. (sebenarnya bukan menyempatkan tetapi karena tiket full semua akibat libur natal dan tahun baru. :p)

(Pintu masuk Sam Poo Kong)
Saya memutuskan untuk pergi ke Klenteng Sam Poo Kong  pada 27 Desember 2011. Dengan harga tiket masuk Rp.3.000/orang, pengunjung bisa puas melihat klenteng yang sangat luas ini, dan untuk masuk ke klenteng tempat berdoa harus merogoh kantong lagi Rp.20.000-40.000. 

Klenteng Sam Poo Kong merupakan tempat persinggahan seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He/Cheng Ho. Menurut sejarah, Laksamana Zheng He sedang berlayar menelusuri pantai laut Jawa untuk tujuan politik dan perdagangan, karena ada awak kapal yang sakit, ia memutuskan untuk bersandar terlebih dahulu  di sebuah desa yang bernama Simongan, akhirnya ia memutuskan untuk beberapa waktu menetap ditempat tersebut. Banyak awak kapal yang menikah dengan penduduk setempat sehingga menetap di Simongan, namun Laksamana Zheng He harus pergi untuk meneruskan perjalanannya. Tak heran sampai sekarang daerah Simongan banyak dihuni oleh penduduk keturunan Tiongkok. 


(Patung Laksamana Zheng He)

Hampir seluruh bangunan bernuansa merah seperti baju yang saya kenakan saat berkunjung ke sana :p Di tengah klenteng ini terdapat halaman yang luas dan beberapa patung yang berdiri. Di bagian belakang terdapat pintu gerbang yang sangat besar juga terlihat beberapa buah lilin raksasa dan lilin ini dibiarkan terus menyala sampai habis.




(lilin)
Rasanya belum ke Semarang kalau belum mampir ke Klenteng Sam Poo Kong ini. Sekedar saran, jika ingin berkunjung ke klenteng ini pilihlah waktu-waktu yang sejuk dan tidak saat matahari sedang berani muncul karena di sana sedikit tempat untuk berteduh.
ENJOY!
Cheers, Danke!

Pasar Johar, Semarang


Hiruk pikuk Pasar Johar, Semarang
Siang hari saat panas terik di sepanjang pasar

Menggoyangkan Lidah dengan Mie Ongklok


Nah, mau tahu tentang Mie Ongklok?
Here we go,
Saat saya dan teman-teman dalam perjalanan pulang menuju Semarang dan hujan deras, kami tidak sengajaberhenti di sebuah rumah makan yang menyediakan makanan khas Wonosobo, Mie Ongklok. Dan rumah makan mie ongklok ini cukup ramai walaupun hujan turun dengan deras.


Tempat yang tidak begitu luas tetapi bersih. Kami memesan lima mangkok mie ongklok.
Tidak banyak yang berbeda dari mie-mie lain hanya saja penyajian dari mie ongklok dan bahan-bahannya yang berbeda. Mie ongklok dicampur dengan kubis dan kucai mentah, biasanya mie lain mencampurkan sawi. Cara menyajikannya cukup unik, mie, kubis, dan kucai mentah dimasukkan ke dalam saringan bambu lalu di “ongklok-ongklok” dicelup ke dalam air mendidih.
Untuk kuah, mie ongklok juga berbeda. Ada dua jenis kuah, yaitu kuah kental cokelat dibuat dari campuran saripati singkong, ebi, gula merah, dan lain-lain. Selanjutnya dengan kuah bumbu kacang. Tidak lupa bawang goring untuk menambah cantik mie ongklok. Rasa yang gurih kental juga manis sangat menggoyangkan lidah. Hangat dan bisa ditambahkan dengan sambal abgi penyuka rasa pedas, rasanya sangat pas untuk dimakan saat hujan.

Kurang pas kalau menyantap mie ongklok tanpa sate sapi, katanya sih mie ongklok paling pas dimakan dengan sate ini daripada yang lain. Ada juga tempe kemul khas Wonosobo dan cireng.
Sluuuurrrrppppp… Memang paling pas menyantap mie ongklok, tempe kemul dengan teh manis hangat. Mau coba kelezatan makanan ini?

ENJOY!
Cheers, Danke!
Place: Mie Ongklok Longkrang, Wonosobo

Here, THEY ARE!

Siapa yang menemani saya menikmati setiap kecantikan di Dieng? Here, THEY ARE! :)


Tag: @yeskalna @kreszz @muchtaufan @Kressantoso (ki-ka)

Kecantikan Dieng Plateau, Jawa Tengah


Akhir Desember 2011 lalu, saya kembali melakukan #MySpontaneousTrip ke dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Mungkin ini agak di luar plan saya, karena banyak teman-teman yang cancel untuk pergi ke sana pada hari H. Kembali ke perjalanan, saya menuju Semarang pada sore hari menaiki bus. Seperti biasa, saya hanya sendiri dan sampai di Semarang pada pukul 05.30 pagi. Benar-benar di luar schedule yang seharusnya sampai Kali Banteng, Semarang pada pukul 02.00 dini hari. Rasa lelah dan sedikit kesal memang menyelimuti, tapi saya ingat tujuan saya untuk berlibur, jadi akhirnya saya tersenyum kembali.

Hello, Dieng!


(Dieng Plateau)
Pada siang hari, saya dan kelima teman saya menuju ke Wonosobo dari Semarang pada pukul 13.00 dengan menyewa mobil pribadi. Dengan kondisi cuaca yang kurang bagus, hujan deras, kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng Plateau, dan sampai pada pukul 18.00.
Kabut tebal, udara dingin, dan jalan yang berliku-liku menyelimuti perjalanan kami. Kedatangan kami disambut dengan hujan gerimis, sambil mencari penginapan atau home stay, kami menyempatkan untuk makan bakso dan mie ayam tepat di pertigaan Dieng Plateau. Kami menginap di salah satu home stay yang bernama Kalingga, kami menyewa dua kamar, dengan harga kamar Rp.100.000/malam. Kamar yang bersih, nyaman dengan suasana rumah baru.
Suhu di Dieng Plateau pada saat itu 11 derajat celcius. Pagi hari kami berencana untuk melihat sunrise, disayangkan karena cuaca yang kurang baik, kami memutuskan untuk melanjutkan tidur. Pukul 08.30, kami check-out dan memulai trip menuju tempat yang pertama, yaitu Dieng Plateau Theater. Sebelumnya, kami membeli tiket terusan seharga Rp.20.000 untuk empat tempat wisata yang akan kami kunjungi.



(Dieng Plateau Theater)
Dalam bioskop mini tersebut, kami menonton film meliputi kondisi geografis, karakteristik dan peristiwa penting yang terjadi di Dieng. Film ini berdurasi kurang lebih 30 menit.. Dieng berada dalam wilayah lima kabupaten. Dieng bias ditempuh melalui jalan raya dari Wonosobo juga Banjarnegara. Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu "Di" yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan "Hyang" yang berarti khayangan, maka bisa diartikan "Dieng" merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.  Dieng terletak pada ketinggian 2.093 di atas permukaan laut. Sungguh cantik dan penuh kekayaan alam dengan hawa yang sejuk cenderung dingin. Nah, dengan udara dan hawa yang dingin itu membuat penduduk Dieng selalu memakai sarung ke mana-mana. Sangat unik!
Pernah mendengar fenomena anak berambut gembel?
Di Dieng, ada sebagian anak yang terkena demam yang sangat tinggi, panas yang tidak kunjung sembuh. Konon, anak-anak berambut gembel ini bias membawa berkah atau sial. Rambut mereka merekat dan susah dipisahkan. Untuk memotong rambut anak-anak berambut gembel tersebut dan membebaskan anak dari pengaruh buruk, orang tua harus mengadakan ruwatan. Orang tua harus memberikan apa saja permintaan dari sang anak. Setelah dipotong, rambut akan tumbuh dengan normal. Rambut tersebut harus dihanyutkan ke sungai sebagai lambang pembuangan sial anak berambut gembel. Fenomena anak-anak berambut gembel sudah ada sejak zaman Kyai Kolodate dan Nini Roro Ronce yang merupakan leluhur Dataran Tinggi Dieng. Sangat disayangkan, pada saat kami di sana, kami tidak bertemu dengan anak-anak berambut gembel tersebut.
Pada bulan Juli-Agustus, suhu di Dieng bisa mencapai titik beku. Embun menjadi kristal es dan sedingin winter di Eropa. (Saya saja yang merasakan suhu 11 derajat celcius, rasanya hanya ingin diam di balik selimut, apalagi winter. :p)

Selanjutnya, kami melanjutkan ke tempat wisata berikutnya, Kawah Sikidang. Tiba-tiba hujan turun dengan deras sehingga kami tidak sempat untuk mengabadikan Kawah Sikidang di kamera. Dengan bau belerang yang agak menyengat, kami memutuskan untuk duduk di warung dan membeli minuman untuk menghangatkan badan. Saya memutuskan untuk membeli 2kg kentang merah sebagai oleh-oleh. Dieng sangat cocok untuk berkebun dan Dieng juga merupakan salah satu penghasil kentang terbesar di Indonesia.
Hujan deras yang mengguyur memang membuat udara semakin dingin, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Candi Arjuna ditemani hujan gerimis. Saat sampai, mata saya sangat dimanjakan oleh pemandangan yang sangat cantik dan hijau. Candi Arjuna merupakan salah satu candi tertua di Jawa. Dalam kompleks ini hanya tinggal lima candi yang berusia lebih dari seribu tahun yang masih berdiri dengan kokohnya. Taman yang indah dengan pohon-pohon cemara, dan bunga-bunga di sekeliling menghadirkan kedamaian. Saat itu, pengunjung Candi Arjuna ramai walaupun gerimis masih turun.









Di setiap tempat wisata Dieng, banyak sekali penjaja makanan dan minuman hangat, kami sering sekali menjumpai yang menjual kentang goreng dan jamur goreng.

(kentang dan jamur goreng)

Kami menuju ke Telaga Warna. Pemandangan yang lagi-lagi sangat cantik. Jalan masuk menuju Telaga Warna ditemani pohon rindang kehijauan. Mengapa disebut Telaga Warna? Menurut masyarakat di sana, ada suatu kisah yang menyebabkan warna telaga itu berwarna-warni. Dahulu ada cincin milik bangsawan setempat yang bertuah namun terjatuh ke dasar telaga, tetapi menurut kajian ilmiah, telaga ini merupakan kawah gunung berapi yang mengandung belerang. Sehingga, jika air telaga terkena sinar matahari akan dibiaskan menjadi warna-warni. Pada saat kami ke Telaga Warna, air telaga tersebut berwarna hijau dan airnya sangat tenang.


(Telaga Warna)
Dengan ditemani rintikan air hujan selama liburan, kami mengakhiri perjalanan yang dipenuhi banyak kecantikan di Dieng Plateau. Masih terjaganya alam dan berbagai pohon juga rerumputan hijau. Sungguh, begitu indah dan cantiknya bagian dari negeri ini. Dan kami segera pulang menuju Semarang melewati Kota Wonosobo. Saat kami berada di kota, kami berhenti di salah satu makanan khas Wonosobo yaitu Mie Ongklok. Belum sah katanya kalau berlibur ke Dieng tidak mencicipi Mie Ongklok. Apa itu Mie Ongklok? Bagaimana rasanya? Tunggu postingan saya selanjutnya!
Jangan lupa untuk menikmati keindahan dan kesejukan Dieng Plateau, ya. Sampai jumpa di-next #MySpontaneousTrip.
ENJOY!
Cheers, Danke!